Senin, 01 Februari 2010

[ekonomi-syariah] Menghindari Risywah dalam Ber-Muammalah ; Tidak Hanya Sekedar Menyoal Modal Perusahaan

Cara-cara melakukan transaksi dalam bermuammalah seharusnya mendapat porsi
yang seimbang ketika kita berbicara tentang ekonomi syariah, tidak hanya
sekedar bicara permodalan atau akad. Salah satu diantaranya adalah
mengenai larangan suap.

Ketika saya hendak mengantarkan kue ke sebuah rekanan bank perkreditan
rakyat syariah di Batam, saya diantar oleh salah satu mantan sekolega yang
sekarang bekerja di perusahaan lain. Dia tiba-tiba memberi pernyataan
bahwa memberi kue dapat saja terjerumus pada suap (risywah) jika diembeli
dengan “harapan” agar bisnis berjalan lancar. Apalagi jika pemberian
tersebut ditujukan bagi “key person” yang memegang peranan penting. Semula
saya agak terkejut dengan statement beliau namun jika kita cermati secara
mendalam, pendapat itu tentu saja cukup beralasan, dan “peringatan”
tersebut tentu menjadi catatan tersendiri bagi saya.

Pertama, yang membedakan antara suap dengan hadiah adalah pada tujuan.
Syehk Abdul Gani bin Ismail an-Nablis menulis dalam Tahqiq Al-Qadiyah Fii
al Farq Baina ar Risywah wa al Hadiah menyatakan bahwa suap (risywah)
adalah “memberikan sesuatu dengan mengharapkan balasan atau memberikan
sesuatu karena balas jasa”. Sementara hadiah adalah “memberikan sesuatu
tanpa mengharapkan balasan apa-apa”. (sumber : Risywah yang 'Halal', Muh.
Syakir Sula, Majalah Modal).

Kedua, jika pemberian itu diserahkan kepada pengambil keputusan bisa
terjerumus dalam perkara risywah. Pembuktiannya adalah dengan pertanyaan
yang dibalik, jika dia bukan seorang decision maker, akankah kita berikan
hadiah kepadanya ?. Sulit dibantah bukan ?. Kisah yang relevan dengan hal
ini adalah seperti yang pernah dialami oleh Ibnu Al-Lutbiyah yang
ditugaskan Rasul dalam mengumpulkan sedekah ke luar kota. Dalam hadits
tersebut Rasulullah SAW bereaksi tegas dengan berkata, “Äpakah tidak lebih
baik jika kalian duduk di rumah bapaknya atau rumah ibunya. Dan perkirakan
apa dia akan mendapat bagian atau tidak ?! Demi jiwaku pada-Nya, jangan
sekali-kali seorang diantara kalian mengambil sesuatu kecuali pada hari
kiamat ia akan datang dengan beban di lehernya”.

MENAMPIK PELUANG 1 (SATU) MILYARD !

Sebagaimana yang lumrah terjadi, adanya suap dan korupsi di lembaga
pemerintahan masih terlihat di sana-sini. Ini sebuah cerita nyata yang
terjadi. Ketika teman saya, seorang Branch Manager di sebuah perusahaan
asuransi jiwa/life syariah hendak mengikuti tender asuransi kesehatan di
lembaga pemerintahan dengan nilai mencapai Rp 1 milyard, ia mundur
teratur. Apa pasal ?. Meskipun secara teknis, produk perusahannya cukup
meyakinkan dan dipastikan menang namun karena oknum panitia mengajukan
bagi-bagi komisi (tentunya di bawah tangan) maka lewatlah kesempatan besar
(the big opportunity) untuk memperoleh income super besar. Bayangkan,
dengan memperoleh premi Rp 1 milyard, ia otomatis akan manjadi peraih
penghargaan tertinggi di seluruh wilayah yang satu kerja dengannya. Dan
dari Rp 1 milyard itu pun ia sebenarnya masih bisa memperoleh komisi
sekitar Rp 200 juta yang masuk kantongnya sendiri. Dengan uang itu, ia
bisa saja membeli rumah atau mobil yang lebih “pantas” dari mobil
sederhana yang ia miliki sekarang.

Namun dengan kuasa-Nya dan ketetapan hatinya yang kuat, ia menampik
peluang itu. Peluang untuk mendapatkan harta dalam jumlah besar dalam
waktu sekejap. Peluang untuk dapat memperbaiki kondisi ekonomi keluarga
yang butuh dana besar, dan tentu saja peluang untuk mendapatkan strata
sosial yang jauh lebih tinggi dan dihormati oleh masyarakat. Namun ia
menampik semuanya !. Subhanallah !. Ia tidak ingin anak isterinya tumbuh
dengan daging yang terkotori oleh makanan yang tidak halal. Ia juga tidak
ingin dikategorikan manusia yang akan menanggung beban berat di akhirat
kelak. Siapa yang dapat melakukan hal seperti ini. Tentu saja hanya
orang-orang yang selalu mendapat rahmat dan hidayah-Nya, yang tidak silau
dengan iming-iming penghargaan dari manusia. Dan semoga kita termasuk
insan yang selalu diingatkan oleh-Nya tentang godaan dunia yang begitu
mudah menggelincirkan manusia pada golongan yang hina di mata-Nya. Amin.

fajarnindyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar